ANOMAN
Dalam pewayangan, kisah kelahiran Anoman diceritakan sebagai
berikut:Ketika suatu saat Batara Guru sedang terbang melalang di atas
Telaga Nirmala, ia menyaksikan seorang wanita muda sedang melakukan tapa
kungkum. Melihat tubuh wanita muda itu, Dewi Anjani namanya, Batara
Guru tidak dapat menahan birahinya dan jatuhlah kama benihnya, menimpa
sehelai daun asam muda yang mengapung di permukaan telaga. Daun asam
muda yang oleh orang Jawa disebut sinom itu hanyut terbawa arus dan
akhirnya tertelan oleh Dewi Anjani. Seketika itu juga Dewi Anjani hamil.
Karena merasa tidak pernah disentuh pria, segera Anjani menuntut Batara
Guru untuk bertanggung jawab atas kehamilannya. Ternyata pemuka dewa
itu tidak mengelakkan tanggung jawab. Ia mengakui bayi yang berada dalam
kandungan Anjani sebagai anaknya, dan memerintahkan para bidadari
menolong kelahirannya. Bayi itu kemudian diberi nama Anoman.
Kelahiran Anoman ditandai dengan gara-gara yang melanda dunia.
Gunung-gunung meletus, badai dan air bah terjadi di mana-mana. Para dewa
segera mengutus beberapa bidadari untuk menolong persalinan Dewi
Anjani. Sesudah Anoman lahir, para bidadari membawa Dewi Anjani dan
bayinya ke kahyangan. Atas perkenan para dewa, sesudah melahirkan
anaknya wanita berwajah kera itu berubah ujud menjadi wanita cantik
kembali. Selama sisa hidupnya ia pun diperkenankan hidup di kahyangan
sebagai bidadari. Batara Guru memberi nama Anoman kepada bayi kera
berbulu putih bersih Anoman dan memerintahkan kepada Batara Bayu untuk
mengasuhnya. Itulah sebabnya, Anoman juga bernama Bayusuta atau
Bayutanaya, Maruti atau Marutaseta. (Selain Anoman, sebutan Bayusuta
atau Bayutanaya juga dipakai untuk menyebut Bima. Jadi menurut
pewayangan, terutama di Pulau Jawa, Anoman adalah anak Batara Guru yang
diasuh oleh Batara Bayu atau Batara Maruta).
Sebagai putra angkat atau anak asuh Batara Bayu, Anoman mengenakan
kain Poleng Bang Bintulu Aji dan berkuku Pancanaka. Dalam pewayangan ada
Sembilan tokoh yang merupakan "saudara tunggal Bayu". Mereka adalah:
- Batara Bayu sendiri,
- Anoman,
- Bima,
- Wil Jajahwreka,
- Begawan Maenaka,
- Liman Situbanda,
- Dewa Ruci,
- Garuda Mahambira,
- Naga Kuwara.
Versi-versi lainnya:Menurut Kitab Ramayana asli karangan
Walmiki, Anoman bukan anak Batara Guru, melainkan anak Dewa Maruta,
penguasa angin. Itulah sebabnya ia juga bernama Maruti atau Marutasuta.
Sementara menurut Serat Kanda Anoman adalah anak Prabu Ramawijaya dan
Dewi Sinta, yang lahir di tengah Hutan Dandaka. sebelum Dewi Sinta
diculik Rahwana. Versi Anoman anak Rama-Sinta ini tidak begitu lazim
dalam dunia pedalangan di Indonesia.
Pedalangan Jawa Timuran yang banyak terpengaruh Serat Kanda. Kisah
kelahiran Anoman di pewayangan Jawatimuran, dimulai pada saat
pengembaraan Rama, Dewi Sinta, dan Laksmana di hutan, pada masa
pembuangan. Pada saat itu Dewi Sinta telah hamil muda. Suatu ketika,
segera setelah Rama dan Dewi Sinta mandi di Telaga Tirta Sumala, dari
tubuh mereka keluar bulu-bulu putih.Tanpa diketahui sebabnya, tiba-tiba
Dewi Sinta keguguran. Dari rahim Sinta keluar gumpalan darah. Ramawijaya
kemudian menyuruh Laksmana membungkus gumpalan darah itu dengan daun
lumbu (talas), dengan menyertakan sebelah anting-anting emas miliknya ke
dalam bungkusan itu. Bungkusan itu lalu dilempar jauh-jauh oleh
Laksmana. Tepat pada saat itu, Batara Guru yang sedang melanglang buana,
menangkap bungkusan itu dan membawanya. Beberapa waktu kemudian, ketika
dari angkasa Batara Guru melihat seorang wanita dengan tapa ngodok,
tanpa busana. Karena terpana melihat keindahan lekuk tubuh wanita itu,
tanpa terasa bungkusan yang dipegangnya jatuh tepat di hadapan sang
Tapa. Sementara itu, karena birahinya menggejolak, jatuhlah kama benih
(mani) Batara Guru, tepat menimpa bungkusan itu.Dewi Anjani, Sang Tapa,
segera memakan bungkusan daun talas itu. Maka, hamillah Dewi Anjani.
Ketika kemudian lahir, bayi yang berujud kera putih itu dinamai Anjali
Kencana.
Sebagaimana tokoh wayang terkenal lainnya, Anoman memiliki banyak
nama lain. Ia juga disebut: Anjaniputra, Anjali Kencana, Bambang
Senggana, Prabancana, Ramandayapati, Maruti, Marmasuta, Kapiwara, dan
Begawan Mayangkara. Nama Anoman yang terakhir ini digunakan ketika
Anoman sudah tua, dan hidup sebagai pertapa di Pertapaan Kendalisada.
Tetapi menurut pedalangan gagrak Jawatimuran, nama Anoman baru
disandang Setelah ia menjadi utusan Ramawijaya ke Alengka untuk
menjumpai Dewi Sinta di Taman Argasoka. Di negara itu ia membunuh
senapati raksasa bernama Ditya Kala Anoman, Ditya Kala Ndayapati, dan
Ditya Kala Prabancana. Nama-nama raksasa yang mati itu lalu diambil
sebagai nama aliasnya. Sebelumnya, ia bernama Anjila Kencana. Setelah
dewasa, oleh Batara Guru Anoman diperintahkan turun ke dunia untuk
mengabdi pada Ramawijaya yang merupakan titisan Batara Wisnu. Anoman
menjumpai Rama dan Laksmana ketika kedua ksatria itu sedang dalam
perjalanan menuju Kerajaan Alengka. Saat itu Anoman sedang diperintah
Sugriwa raja Guwakiskenda mencari bantuan untuk mengalahkan Subali.
Setelah Rama membunuh Resi Subali, Sugriwa menyatakan bersedia membantu
usaha Rama membebaskan Dewi Sinta dengan mengerahkan seluruh bala
tentara keranya.
Pada waktu Dewi Sinta disekap di Taman Argasoka, Alengka, Ramawijaya
mengutus Anoman untuk menemui istrinya secara diam-diam. Kera putih itu
berhasil menyelundup masuk dan bertemu muka serta menyampaikan pesan
Ramawijaya kepada Dewi Sinta. Sesudah menunaikan tugas pokoknya Anoman
sengaja membuat gara-gara dengan membuat kerusakan di lingkungan Keraton
Alengka. Prabu Dasamuka segera mengutus putranya, Indrajit, untuk
menangkapnya. Dengan panah Nagapasa, yang jika dilepaskan dari busurnya
berubah menjadi ribuan ular dan melilit tubuhnya, Anoman tertangkap.
Dalam keadaan terikat, Anoman dibakar hidup-hidup. Tetapi justru ketika
itulah, dalam keadaan bulunya terbakar, Anoman meloloskan diri sambil
membakari Istana Alengka. Peristiwa itu diceritakan dalam lakon Senggana
Duta atau Anoman Obong.
Waktu bala tentara Ramawijaya yang terdiri atas pasukan kera menyerbu
Kerajaan Alengka, Anoman bertindak sebagai salah seorang senapatinya.
Anoman pula yang menindih tubuh Prabu Dasamuka dengan gunung karena raja
Alengka itu selalu dapat hidup kembali setelah mati terpanah oleh
Ramawijaya. Karena jasa-jasanya membantu Ramawijaya dalam usaha merebut
kembali Dewi Sinta dari tangan Dasamuka, Anoman diangkat anak oleh Rama.
Karena itu Anoman juga mendapat sebutan Ramandayapati.
Anoman sebenarnya jatuh cinta pada Dewi Trijata, putri Gunawan
Wibisana. Wanita cantik itu dijumpainya sewaktu Anoman menjalankan tugas
sebagai duta menemui Dewi Sinta di Taman Argasoka di Alengka. Tetapi
karena ia tahu bahwa Dewi Trijata sebenarnya berharap dapat menjadi
istri Laksmana, Anoman mengurungkan niatnya untuk memperistri Trijata.
Sebelumnya, dalam perjalanan menuju Alengka pahlawan kera berbulu
putih itu sempat dirayu seorang bidadari bernama Dewi Sayempraba, putri
Batara Wiswakrama. Dewi Sayempraba sesungguhnya adalah salah seorang
istri Dasamuka. Untuk mencegah jangan sampai Anoman tiba di Alengka,
Dewi Sayempraba mencegatnya dan merayu, kemudian memberinya makanan
berupa buah-buahan. Ternyata makanan itu sudah lebih dahulu dibubuhi
racun. Akibatnya, setelah makan Anoman menjadi buta dan hilang
kekuatannya. Ia hampir pingsan sewaktu seekor burung garuda bernama
Sempati datang menolongnya. Anoman disembuhkan dari kebutaan dan diberi
petunjuk caranya pergi ke Alengka.
Namun rayuan Dewi Sayempraba sempat membuat bidadari, yang juga istri
Dasamuka, itu hamil. Anak yang kemudian lahir juga berujud kera,
dinamakan Tringganga atau Triyangga. Versi lain menyebutkan Anoman
mempunyai anak Trigangga bukan dari Dewi Sayempraba melainkan dari Dewi
Urangayu (sebagian dalang menyebut bukan Urang Ayu melainkan Dewi Urang
Rayung) putri Begawan Mintuna. Istri Anoman yang lain adalah Dewi
Purwati, yang melahirkan anak bernama Purwaganti.
Dalam cerita pewayangan di Indonesia, Anoman berumur sangat panjang.
Menurut Serat Mayangkara ia hidup pada zaman Ramawijaya, zaman Pandawa,
dan baru meninggal beratus tahun setelah Prabu Parikesit meninggal,
yakni pada zaman pemerintahan Prabu Jayabaya di Kediri. Sedangkan dalam
cerita asli Ramayana, Anoman hanya hidup pada zaman Ramawijaya saja.
Ada lagi dalang yang menganut versi bahwa Anoman hidup sepanjang
masa, yakni masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Versi ini
menyebutkan, Anoman memang ditugasi para dewa untuk menjaga Dasamuka.
Raja Alengka ini tidak dapat mati karena memiliki Aji Pancasona yang
diwarisinya dari Resi Subali. Karena itu setiap kali Dasamuka mati dan
tubuhnya menyentuh bumi, ia akan hidup kembali. Karena itulah untuk
menjaga jangan sampai Prabu Dasamuka membuat onar kembali di dunia,
Anoman diharuskan tetap hidup selamanya, sampai saat dunia kiamat nanti.
Sebuah versi lain menyebutkan tentang kematian Anoman sebagai
berikut:Waktu itu, jauh sesudah selesainya Baratayuda, sewaktu di Pulau
Jawa telah berdiri Kerajaan Mamenang (Kediri atau Daha), Anoman pergi ke
kahyangan menghadap para dewa. Kepada Batara Guru ia mengatakan sudah
bosan hidup di dunia, dan menanyakan kapan ia akan mati. Batara Guru
menjawab, belum waktunya. Anoman tidak puas dengan jawaban itu, kemudian
berkata, bahwa selama "hidup ratusan tahun, ia telah mendarmabaktikan
segala kemampuan dan kesaktiannya untuk kesejahteraan dan keamanan
dunia. Kini Anoman menuntut agar permintaannya yang terakhir, yaitu agar
ia segera mati, dipenuhi oleh para dewa. Batara Guru menjawab: "Baik!
Tetapi engkau lebih dahulu masih harus menjalankan sebuah tugas lagi,
yaitu menjodohkan ketiga orang putra Prabu Sriwahana (sebagian dalang
menyebut Prabu Sriwahana dengan sebutan Prabu Sariwahana) dari Kerajaan
Yawastina."
Dalam pelaksanaan tugas itu nanti, menurut Batara Guru, Anoman akan
gugur. Karena, seorang ksatria agung seperti Anoman tidak layak bila
mati di tempat tidur. Para dewa memutuskan, Anoman harus gugur sebagai
ksatria sejati di medan tugas. Anoman menyanggupi tugas itu karena ia
memang ingin mati sebagai prajurit.Pertarna-tama ia menemui Prabu
Sriwahana dan menguraikan tentang maksud para dewa menjodohkan ketiga
putra raja Yawastina itu dengan putri-putri Prabu Jayabaya. Prabu
Sriwahana menyetujui. Maka berangkatlah Anoman ke Mamenang. Sebenarnya
lamaran yang diajukan Anoman untuk ketiga putra raja Yawastina itu
diterima oleh Prabu Jayabaya. Namun, sebelum pembicaran itu tuntas,
tiba-tiba datanglah Prabu Yaksadewa. Raja raksasa itu ternyata juga akan
melamar ketiga putri Prabu Jayabaya.Perkelahian tidak dapat dihindari.
Seperti janji para dewa, dalam pertempuran itu Anoman gugur. Menyaksikan
peristiwa itu, Prabu Jayabaya marah, dan berhadapan dengan Prabu
Yaksadewa.Raja raksasa itu berhasil dikalahkannya, dan berubah ujud
menjadi Batara Kala, yang kemudian lari pulang ke tempat kediamannya di
Setra Gandamayit.
Dari cerita ini jelas bahwa Anoman, menurut pewayangan, tewas oleh
Batara Kala, pada zaman Kerajaan Mamenang, atau Kerajaan Kediri.
Menurut Mahabarata versi Jawa Kuna, yakni pada bagian Tritayatra
Parwa, Anoman pernah berjumpa dengan Bima. Waktu itu para Pandawa sedang
menjalani pembuangan selama 12 tahun di hutan. Waktu Bima hendak lewat
di sebuah jalan sempit di tebing jurang, seekor kera putih sedang
berbaring melintang jalan. Dengan sopan Bima minta agar kera putih itu
menepi agar ia bisa lewat. Sang Kera Putih menjawab: "Jika aku
menghalangi perjalananmu, mengapa bukan kau lompati saja aku, atau
engkau singkirkan saja tubuhku ke tepi?" Bima menolak melompati kera itu
karena perbuatan itu tidak sopan. Ia pun tidak mau menyingkirkan kera
itu, karena itu berarti memaksakan kehendak. Sang Kera lalu mengatakan:
"Bila engkau dapat mengangkat ekorku, maka dengan sukarela aku akan
menyingkir dari tempat ini."Tanpa banyak bicara Bima mencoba mengangkat
ekor kera itu, namun ternyata tidak sanggup, meskipun ia telah
mengerahkan segenap kesaktiannya. Kini tahulah Bima bahwa ia berhadapan
dengan seekor kera Sakti berilmu tinggi. Karenanya, Bima segera memohon
agar diterima sebagai muridnya. Permohonan Bima dipenuhi. Anoman lalu
memperkenalkan diri bahwa sebenamya ia dan Bima "saudara Tunggal Bayu".
Ia pun memberikan beberapa ilmu pada "saudara Tunggal Bayu"nya itu. Di
antara yang diwariskan adalah ilmu mengenai pembagian zaman yang selalu
berlangsung di alam dunia ini.
Pembagian zaman di dunia menurut Anoman adalah:Zaman Kreta atau
Kretayuga, yakni zaman ke-utamaan yang sempurna. Di dunia hanya ada satu
agama, tidak ada kejahatan, belum ada tradisi jual beli, yang ada hanya
memberi dan menerima. Setiap manusia menjalankan kewajiban (derma)
masing-masing dengan sebaik-baiknya, tanpa ada rasa iri atau sirik pada
orang lain. Semua manusia mempunyai kedudukan sama terhadap manusia
lainnya.
Zaman Tirta atau Tirtayuga, yakni ketika di dunia ini mulai terdapat
orang-orang yang berhati jahat. Seperempat penduduk dunia menjadi orang
yang berperilaku dengki, iri dan sutra mengambil yang bukan miliknya.
Yang baik hanya tinggal tiga perempat bagian saja. pada zaman ini muncul
kebiasaan orang mengadakan sesaji, dan timbul berbagai macam agama.
pada zaman Tirta pula dimulai adanya pembagian golongan masyarakat:
golongan brahmana, ksatria, waisya, dan sudra.
Zaman Dupara atau Duparayuga, ketika manusia di dunia ini terbagi
menjadi dua bagian. Yang separuh menjadi orang jahat dan separuh sisanya
tetap baik. Jumlah agama makin banyak, tetapi yang memperhatikan kaidah
dan norma agama itu makin sedikit. Banyak orang bertapa dan mencari
kesaktian, namun sebagian dari mereka bertujuan buruk. Orang yang ingin
berbuat kebaikan makin banyak godaan dan halangannya.
Zaman Kali atau Kaliyuga, yakni zaman di mana keburukan menang atas
kebaikan. Golongan manusia yang masih berjalan di jalan keutamaan
tinggal seperempat bagian saja. Sisanya sudah menjadi orang jahat.
Agama, walaupun makin banyak macamnya, seakan sudah tidak lagi
dipedulikan orang. Banyak orang malas, tetapi mereka selalu iri pada
keberhasilan orang yang rajin. Orang takut melarat, tetapi tidak
berusaha untuk menjadi kaya. Zaman ini adalah zaman ketika usia dunia
telah tua, telah mendekati akhir zaman.
Selain itu, Anoman masih banyak memberikan wejangan dan bimbingan
kepada Bima mengenai rahasia hidup, dan kehidupan alam. Iapun
mengajarkan beberapa ilmu, di antaranya ilmu Sepi Angin.Tetapi selain
memberikan ilmu-ilmunya pada Bima, Anoman pun pernah berguru pada Bima.
Waktu Bima mengajarkan berbagai ilmu spiritual kepada anak-anak dan
keponakannya di Gunung Argakelasa, Anoman pun ikut menjadi muridnya.
Waktu itu Anoman menggunakan nama Kapiwara.
Pada seni kriya Wayang Kulit Purwa gaya Surakarta, tokoh Anoman
dilukiskan bermata satu (karena dipandang dari satu sisi), sedangkan
pada gaya Yogyakarta dan Kedu, bermata dua.Setelah Anoman lanjut usia
dan menjadi pertapa di Kendalisada, ia lebih dikenal dengan nama Resi
Mayangkara, dan figur wayangnya mengenakan sampir, yakni selendang di
bahunya. Dalam Wayang Orang, tokoh Anoman ditarikan oleh seorang penari
pria. Ia mengenakan topeng mulut dan hidung, dan berpakaian kaus putih
menutupi badan dan tangan serta kakinya.
ANOMAN, tokoh wayang terkenal dalam seri
Ramayana, yang dalam Wayang Purwa juga sering muncul dalam kisah-kisah
Mahabarata. Ia berujud kera berbulu putih. Ibunya adalah Dewi Anjani,
sedangkan ayahnya Batara Guru. Pada saat Ramawijaya mengerahkan bala
tentara kera menyerbu Kerajaan Alengka untuk membebaskan Dewi Sinta yang
diculik Prabu Dasamuka, Anoman bertindak sebagai salah satu senapati.