Jumat, 30 Mei 2014

Tips Membuat Titik-Titik Pada Halaman Daftar Isi Secara Rapih


Daftar Isi merupakan halaman penting dalam suatu karya tulis ilmiah, baik berupa makalah, skripsi, tesis, disertasi, buku, dan karya tulis ilmiah lainnya, karena dengan adanya halaman ini, memudahkan bagi pembaca untuk menemukan topik tertentu dalam sebuah karya tulis ilmiah. Selain itu, dengan Daftar Isi pula, memudahkan pembaca untuk mempelajari pokok-pokok bahasan dari sebuah karya tulis yang akan dibacanya. Namun demikian, mungkin Anda adalah salah satu dari sekian banyak orang yang kebingungan ketika harus membuat sebuah daftar isi yang baik dan rapi, terlebih harus merapikan posisi titik-titik dalam sebuah halaman daftar isi.
Pada tulisan ini, saya akan mencoba memberikan tips cara membuat titik-titik pada daftar isi dengan rapi menggunakan Microsoft Office 2007.
Langkah pertama, bukalah program microsoft office sehingga muncul lembar kerja yang masih kosong. Lalu, pastikan batang “ruler” yang ada pada lembar kerja dalam keadaan aktif. Jika belum aktif, aktifkan dengan memilih menu “view” lalu beri centang pada “ruler”, seperti gambar di bawah :
Pada lembaran kerja yang masih kosong, pada baris pertama ketikkan “DAFTAR ISI”.
Pada baris kedua, ketikkan “KATA PENGANTAR”
Pada posisi kursor sebaris dengan KATA PENGANTAR, klik pada area batang ruler yang berwarna putih sehingga muncul tanda seperti huruf “L” berwarna hitam. Buatlah tanda tersebut sebanyak 2 buah, dan aturlah posisinya seperti gambar berikut:
Langkah selanjutnya adalah klik dua kali salahsatu tanda “L” yang berwarna hitam di atas hingga muncul jendela seperti di bawah ini:
Lalu aturlah hal-hal sebagai berikut :
Nilai pada tab stop position abaikan (seperti apa adanya)
Nilai pada default tab stops abaikan (seperti apa adanya)
Pada Alignment klik “Right”
Lalu Klik tombol Set
Nilai angka-angka yang lain abaikan
Lalu Klik OK
Setelah itu, perhatikan bahwa salah satu tanda “L” berganti posisi menjadi seperti “L” terbalik sebagaimana gambar berikut:
Langkah selanjutnya, masih pada posisi kursor sebaris dengan KATA PENGANTAR, pada papan keyboard tekan tombol Tab, sehingga posisi kursor meloncat pada tanda “L” terbalik, lalu tekan tombol titik pada keyboard sehingga titik-titik memenuhi tanda L terbalik menuju KATA PENGANTAR. Atur agar titik-titik tidak menabrak KATA PENGANTAR dan tidak berlebihan keluar dari tanda L terbalik sebagaimana gambar berikut :
Langkah selanjutnya adalah tekan sekali lagi tombol Tab pada papan keyboard, sehingga kursor meloncat pada tanda L yang kedua, lalu isikan angka halaman untuk KATA PENGANTAR (biasanya halaman i).
Selesai membuat titik-titik dan mengisi nomor halaman pada KATA PENGANTAR, selanjutnya tekan tombol enter, maka tanda L yang telah anda buat pada langkah sebelumnya akan terbawa pada baris selanjutnya. Artinya, Anda tidak perlu lagi mengulangi langkah di atas, yang diperlukan adalah melanjutkan mengetik elemen dari DAFTAR ISI, seperti DAFTAR ISI, ABSTRAK, dan lain-lain.
Perhatikan gambar di bawah ini:
Catatan : posisi tanda tab (L) di atas dapat anda atur dengan mendrag salah satu tanda tab (L) lalu geser sesuai posisi yang diinginkan.

SELAMAT MENCOBA!!!!

Minggu, 26 Januari 2014

Menambah Widget twitter di blog

Twitter merupakan salah satu jejaring sosial yang cukup banyak peminatnya, oleh karena itu tak heran jika banyak orang telah menggunakan twitter untuk berbagai keperluan, misalnya memasarkan produk, mencari pelanggan, tukar pengalaman, dan lain sebagainya. Dan kita sebagai blogger pun harus mampu memanfaatkan jejaring sosial yang satu ini untuk mengoptimalkan traffic di blog kita. Bagaimana caranya? Oke langsung saja jelaskan sedikit. Bila kita sudah punya banyak follower, lalu setiap update posting artikel blog kita kita masukkan di twitter, maka tentu artikel kita tersebut akan bisa dilihat banyak orang dan pastinya akan banyak yang tertarik yang mengunjungi blog kita. Selain dengan cara tersebut, kita juga bisa menambah follower twitter kita dengan cara memasang tombol follow twitter di blog kita. Jadi setiap pengunjung yang tertarik untuk mengikuti kita di twitter bisa langsung mengklik tombol ini dan dia otomatis menjadi follower kita. Lantas bagaimana caranya? Mudah saja, silahkan ikuti cara membuat twitter follow button di blog - Membuat icon follower twitter di blog berikut ini:

1. Silahkan masuk ke akun blog kalian
2. Copy kode di bawah di bagian blog mana saja, terserah sobat, misalnya di header, sidebar, footer atau yang lainnya.



<a href="https://twitter.com/baim_melodick" class="twitter-follow-button" data-show-count="false">Follow @baim_melodick</a>
<script>!function(d,s,id){var js,fjs=d.getElementsByTagName(s)[0];if(!d.getElementById(id)){js=d.createElement(s);js.id=id;js.src="//platform.twitter.com/widgets.js";fjs.parentNode.insertBefore(js,fjs);}}(document,"script","twitter-wjs");</script>


3. Silahkan ganti kode yang berwarna biru dengan id twitter sobat
4. Selesai

Sekian panduan blogger tentang cara membuat tombol follow twitter di blog, jangan lupa baca artikel sebelumnya tentang Cara membuat text area di blog  . semoga bisa membantu anda.

Senin, 13 Januari 2014

Wayang Kulit

WERKUDARA
 Nama-nama lain :

  • Bratasena
  • Balawa
  • Birawa
  • Dandungwacana
  • Nagata
  • Kusumayuda
  • Kowara
  • Bima
  • Pandusiwi
  • Bayusuta
  • Sena
  • Wijasena
  • Jagal Abilawa
Raden Werkudara atau Bima merupakan putra kedua dari Dewi Kunti dan Prabu Pandudewanata. Tetapi ia sesungguhnya adalah putra Batara Bayu dan Dewi Kunti sebab Prabu Pandu tidak dapat menghasilkan keturunan. Ini merupakan kutukan dari Begawan Kimindama. Namun akibat Aji Adityaredhaya yang dimiliki oleh Dewi Kunti, pasangan tersebut dapat memiliki keturunan.

Pada saat lahirnya, Werkudara berwujud bungkus. Tubuhnya diselubungi oleh selaput tipis yang tidak dapat disobek oleh senjata apapun. Hal ini membuat pasangan Dewi Kunthi dan Pandu sangat sedih. Atas anjuran dari Begawan Abiyasa, Pandu kemudian membuang bayi bungkus tersebut di hutan Mandalasara. Selama delapan tahun bungkus tersebut tidak pecah-pecah dan mulai berguling kesana kemari sehingga hutan yang tadinya rimbun menjadi rata dengan tanah. Hal ini membuat penghuni hutan kalang kabut. Selain itu para jin penghuni hutan pun mulai terganggu, sehingga Batari Durga, ratu dari semua makhluk halus, melapor pada Batara Guru, raja dari semua dewa. Lalu, raja para dewa itu memerintahkan Batara Bayu, Batari Durga, dan Gajah Sena, anak dari Erawata, gajah tunggangan Batara Indra, serta diiringi oleh Batara Narada untuk turun dan memecahkan bungkus bayi tersebut.
Sebelum dipecahkan, Batari Durga masuk kedalam bungkus dan memberi sang bayi pakaian yang berupa, Kain Poleng Bang Bintulu (dalam kehidupan nyata, banyak ditemui di pulau Bali sebagai busana patung-patung yang danggap sakral (kain poleng= kain kotak-kotak berwarna hitam dan putih), Gelang Candrakirana, Kalung Nagabanda, Pupuk Jarot Asem dan Sumping (semacam hiasan kepala) Surengpati. Setelah berbusana lengkap, Batari Durga keluar dari tubuh Bima, kemudian giliran tugas Gajah Sena memecahkan bungkus dari bayi tersebut. Oleh Gajah Sena kemudian bayi tersebut di tabrak, di tusuk dengan gadingnya dan diinjak-injak., anehnya bukannya mati tetapi bayi tersebut kemudian malah melawan, setelah keluar dari bungkusnya. Sekali tendang, Gajah Sena langsung mati dan lalu menunggal dalam tubuh si bayi. Lalu bungkus dari Werkudara tersebut di hembuskan oleh Batara Bayu sampai ke pangkuan Begawan Sapwani, yang kemudian dipuja oleh pertapa tersebut menjadi bayi gagah perkasa yang serupa Bima. Bayi tersebut kemudian diberi nama Jayadrata atau Tirtanata. Nama-nama lain bagi Bima adalah Bratasena (nama yang di gunakan sewaktu masih muda), Werkudara yang berarti perut srigala, Bima, Gandawastratmaja, Dwijasena, Arya Sena karena di dalam tubuhnya menunggal tubuh Gajah Sena, Wijasena, Dandun Wacana, di dalam tubuhnya menunggal raja Jodipati yang juga adik dari Prabu Yudistira, Jayadilaga, Jayalaga, Kusumayuda, Kusumadilaga yang artinya selalu menang dalam pertempuran, Arya Brata karena ia tahan menderita, Wayunendra, Wayu Ananda, Bayuputra, Bayutanaya, Bayusuta, Bayusiwi karena ia adalah putra batara Bayu, Bilawa, nama samaran saat menjadi jagal di Wiratha, Bondan Peksajandu yang artinya kebal akan segala racun, dan Bungkus yang merupakan panggilan kesayangan Prabu Kresna.
Karena Bima adalah putra Batara Bayu, maka ia memiliki kesaktian untuk menguasai angin. Werkudara memiliki saudara Tunggal Bayu yaitu, Anoman, Gunung Maenaka, Garuda Mahambira, Ular Naga Kuwara,Liman/ Gajah Setubanda, Kapiwara, Yaksendra Yayahwreka, dan Pulasiya yang menunggal dalam tubuh Anoman sesaat sebelum perang Alengka terjadi (zaman Ramayana).
Werkudara yang bertubuh besar ini memiliki perwatakan berani, tegas, berpendirian kuat, teguh iman. Selama hidupnya Werkudara tidak pernah berbicara halus kepada siapapun termasuk kepada orang tua, dewa, dan gurunya, kecuali kepada Dewa Ruci, dewanya yang sejati, ia berbicara halus dan mau menyembah.
Selama hidupnya Werkudara berguru pada Resi Drona untuk olah batin dan keprajuritan, Begawan Krepa, dan Prabu Baladewa untuk ketangkasan menggunakan gada. Dalam berguru Werkudara selalu menjadi saingan utama bagi saudara sepupunya yang juga sulung dari Kurawa yaitu Duryudana.
Para Kurawa selalu ingin menyingkirkan Pandawa karena menurut mereka Pandawa hanya menjadi batu sandungan bagi mereka untuk mengusasai kerajaan Astina. Kurawa menganggap kekuatan Pandawa terletak pada Werkudara karena memang ia adalah yang terkuat diantara kelima Pandawa, sehingga suatu hari atas akal licik Patih Sengkuni yang mendalangi para Kurawa merencanakan untuk meracun Werkudara. Kala itu saat Bima sedang bermain, dpanggilnya ia oleh Duryudana dan diajak minum sampai mabuk dimana minuman itu di beri racun. Setelah Werkudara jatuh tak sadarkan diri, ia di gotong oleh para kurawa dan dimasukkan kedalam Sumur Jalatunda dimana terdapat ribuan ular berbisa di sana. Kala itu, datanglah Sang Hyang Nagaraja, penguasa Sumur Jalatunda membantu Werkudara, lalu olehnya Werkudara diberi kesaktian agar kebal akan bisa apapun dan mendapat nama baru dari San Hyang Nagaraja yaitu Bondan Peksajandu.
Akal para Kurawa untuk menyingkirkan Pandawa belum habis, mereka lalu menantang Yudistira untuk melakukan timbang yang menang akan mendapatkan Astina seutuhnya. Jelas saja Pandawa akan kalah karena seratus satu orang melawan lima, namun Werkudara memiliki akal, ia meminta kakaknya menyisakan sedikit tempat buat dirinya. Werkudara lalu mundur beberapa langkah, lalu meloncat dan menginjak tempat yang disisakan kakaknya, sesaat itu pulalah, para Kurawa yang duduk paling ujung menjadi terpental jauh. Para Kurawa yang terpental sampai ke negri-negri sebrang itu yang kemudian dalam Baratayuda dinamai “Ratu Sewu Negara.” Diantaranya adalah Prabu Bogadenta dari kerajaan Turilaya, Prabu Gardapati dari kerajaan Bukasapta, Prabu Gardapura yang menjadi pendamping Prabu Gardapati sebagai Prabu Anom, Prabu Widandini dari kerajaan Purantura, dan Kartamarma dari kerajaan Banyutinalang. Cerita ini dikemas dalam satu lakon yang dinamai Pandawa Timbang.
Belum puas dengan usaha-usaha mereka, Kurawa kembali ingin mencelakakan Pandawa lewat siasat licik Sengkuni. Kali ini Para Pandawa diundang untuk datang dalam acara penyerahan kekuasaan Amarta dan di beri suatu pesanggrahan yang terbuat dari kayu yang bernama Bale Sigala-gala. Acara penyerahan tersebut diulur-ulur hingga larut malam dan para Pandawa kembali di buat mabuk. Setelah para Pandawa tertidur, hanya Bima yang masih terbangun karena Bima menolak untuk ikut minum- minuman keras. Pada tengah malam, Para Kurawa yang mengira Pandawa telah tidur mulai membakar pesanggrahan. Sebelumnya Arjuna memperbolehkan enam orang pengemis untuk tidur dan makan di dalam pesanggrahan karena merasa kasihan. Saat kebakaran terjadi Bima langsung menggendong ibu, kakak, dan adik-adiknya kedalam terowongan yang telah dibuat oleh Yamawidura, yang mengetahui akal licik Kurawa. Mereka lalu dibimbing oleh garangan putih yang merupakan jelmaan dari Sang Hyang Antaboga. Sampai di kayangan Sapta Pratala. Di sini Werkudara kemudian berkenalan dan menikah dengan putri Sang Hyang Antaboga yang beranama Dewi Nagagini. Dari perkawinan itu mereka memiliki sorang putra yang kelak menjadi sangat sakti dan ahli perang dalam tanah yang dinamai Antareja. Setelah para Pandawa meninggalkan kayangan Sapta Pratala, mereka memasuki hutan. Di tengah Hutan para Pandawa bertemu dengan Prabu Arimba yang merupakan putra dari Prabu Tremboko yang pernah dibunuh Prabu Pandu atas hasutan Sengkuni. Mengetahui asal usul para Pandawa, Prabu Arimba kemudian ingin membunuh mereka, tetapi dapat dihalau dan akhirnya tewas di tangan Werkudara. Namun Adik dari Prabu Arimba bukannya benci tetapi malah menaruh hati pada Werkudara. Sebelum mati Prabu Arimba menitipkan adiknya Dewi Arimbi kepada Werkudara. Karena Arimbi adalah seorang rakseksi, maka Werkudara menolak cintanya. Lalu Dewi Kunti yang melihat ketulusan cinta dari Dewi Arimbi bersabda, “ Duh ayune, bocah iki…” (Duh cantiknya, anak ini..!) Tiba-tiba, Dewi Arimbi yang buruk rupa itu menjadi cantik dan lalu diperistri oleh Werkudara. Pasangan ini akhirnya memiliki seorang putra yang ahli perang di udara yang dinamai Gatotkaca. Gatotkaca lalu juga diangkat sebagai raja di Pringgandani sebagai pengganti pamannya, Prabu Arimba.
Pada saat berada di hutan setelah kejadian Bale Sigala-gala, ibunya meminta Werkudara dan Arjuna untuk mencari dua bungkus nasi untuk Nakula dan Sadewa yang kelaparan. Werkudara datang kesebuah negri bernama Kerajaan Manahilan dan di sana ia menjumpai Resi Hijrapa dan istrinya yang menangis. Saat ditanyai penyebabnya, mereka menjawab bahwa putra mereka satu satunya mendapat giliran untuk dimakan oleh raja di negri tersebut. Raja dari negri tersebut yang bernama Prabu Baka atau Prabu Dawaka memang gemar memangsa manusia. Tanpa pikir panjang, Werkudara langsung menawarkan diri sebagai ganti putra pertapa tersebut. Saat dimakan oleh Prabu Baka, bukannya badan dari Werkudara yang sobek tetapi gigi dari Prabu Baka yang putus. Hal ini menyebabkan murkanya Prabu Baka. Tetapi dalam perkelahian melawan Werkudara, Prabu Baka tewas dan seluruh rakyat bersuka ria karena raja mereka yang gemar memangsa manusia telah meninggal. Oleh rakyat negri tersebut Werkudara akan dijadikan raja, namun Werkudara menolak. Saat ditanyai apa imbalan yang ingin diperoleh, Werkudara menjawab ia hanya ingin dua bungkus nasi. Lalu setelah mendapat nasi tersebut Werkudara kembali ke hutan dan kelak keluarga pertapa itu bersedia menjadi tumbal demi kejayaan Pandawa di Baratayuda Jayabinangun. Sementara Arjuna juga berhasil mendapatkan dua bungkus nasi dari belas kasihan orang. Dewi Kunti pun berkata “Arjuna, makanlah sendiri nasi tersebut!” Dewi Kunti selalu mengajarkan bahwa dalam hidup ini kita tidak boleh menerima sesuatu dari hasil iba seseorang.
Selain Gatotkaca dan Antareja, Werkudara juga mamiliki putra yang ahli perang dalam air yaitu Antasena, Putra Bima dengan Dewi Urangayu, putri dari Hyang Mintuna, dewa penguasa air tawar. Para tetua Astina merasa sedih karena mereka mengira Pandawa telah meninggal karena mereka menemukan enam mayat di pesanggrahan yang habis terbakar itu. Kurawa yang sedang bahagia kemudian sadar bahwa Pandawa masih hidup saat mereka mengikuti sayembara memperebutkan Dewi Drupadi. Para Pandawa yang diwakilkan Werkudara dapat memenangkan sayembara denagn membunuh Gandamana. Disaat yang sama hadir pula Sengkuni dan Jayajatra yang ikut sayembara mewakili Resi Drona tetapi kalah. Dari Gandamana, Werkudara memperoleh aji-aji Wungkal Bener, dan Aji-aji Bandung Bandawasa. Setelah memenangkan sayembara tersebut, Werkudara mempersembahkan Dewi Drupadi kepada kakaknya, Puntadewa.
Setelah mengetahui bahwa Pandawa masih hidup, para tetua Astina seperti Resi Bisma, Resi Drona, dan Yamawidura mendesak Prabu Destarastra untuk memberikan Pamdawa hutan Wanamarta, denagn tujuan agar Kurawa dan Pandawa tidak bersatu dan menghindarkan perang saudara. Akhirnya Destarastra menyetujuinya. Para Pandawa lalu dihadiahi hutan Wanamarta yang terkenal angker. Dan dengan usaha yang keras akhirnya mereka dapat mendirikan sebuah kerajaan yang dinamai Amarta. Werkudara pun berhasil mengalahkan adik dari raja jin, Prabu Yudistira, yang bersemayam di Jodipati yang bernama Dandun Wacana. Dadun Wacana kemudian menyatu dalam tubuh Werkudara. Lalu, Werkudara mendapat warisan Gada Lukitasari selain itu, Werkudara juga mendapat nama Dandun Wacana. Sebagai raja di Jodipati, Werkudara bergelar Prabu Jayapusaka dengan Gagak Bongkol sebagai patihnya. Werkudara juga pernah menjadi raja di Gilingwesi dengan gelar Prabu Tugu Wasesa.

 Pada saat Pandawa kalah dalam permainan judi dengan kurawa, para pandawa harus hidup sebagai buangan selama 12 tahun di hutan dan 1 tahun menyamar. Dalam penyamaran tersebut, Werkudara menyamar sebagai jagal atau juru masak istana di negri Wiratha dengan nama Jagal Abilawa. Di sana ia berjasa membunuh Kencakarupa, Rupakenca dan Rajamala yang bertujuan memberontak. Sesungguhnya ia membunuh Kencakarupa dan Rupakenca dengan alasan keduannya ingin memperkosa Salindri yang tidak lain adalah istri kakaknya, Puntadewa, Dewi Drupadi yang sedang menyamar.
Pernah Bima diminta oleh gurunya, Resi Drona, untuk mencari Tirta Prawitasari atau air kehidupan di dasar samudra. Sebenarnya Tirta Prawitasari itu tidak ada di dasar samudra tetapi ada di dasar hati tiap manusia dan perintah gurunya itu hanyalah jebakan yang di rencanakan oleh Sengkuni dengan menggunakan Resi Drona. Namun Bima menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Ia mencari tirta Prawitasari itu sampai ke dasar samudra di Laut Selatan. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan dua raksasa besar yang menghadang. Kedua raksasa itu bernama Rukmuka dan Rukmakala yang merupakan jelmaan dari Batara Indra dan Batara Bayu yang di sumpah oleh Batara Guru menjadi raksasa. Setelah berhasil membunuh kedua rakasasa tersebut dan setelah raksasa tersebut berubah kembali ke ujud aslinya dan kembali ke kayangan, Werkudara melanjutkan peprjalanannya. Sesampainya di samudra luas ia kembali diserang oleh seekor naga bernama Naga Nemburnawa. Dengan kuku pancanakanya, disobeknya perut ular naga tersebut. Setelah itu Werkudara hanya terdiam di atas samudra. Di sini lah ia bertemu dengan dewanya yang sejati, Dewa Ruci. Oleh Dewa Ruci, Werkudara kemudian diminta masuk kedalam lubang telinga dewa kerdil itu. Lalu Werkudara masuk dan mendapat wejangan tentang makna kehidupan. Ia juga melihat suatu daerah yang damai, aman, dan tenteram. Setelah itu Werkudara menjadi seorang pendeta bergelar Begawan Bima Suci dan mengajarkan apa yang telah ia peroleh dari Dewa Ruci.

Werkudara juga pernah berjasa dalam menumpas aksi kudeta yang akan dilakukan oleh Prabu Anom Kangsa di negri Mandura. Kangsa adalah putra dari Dewi Maerah, permaisuri Prabu Basudewa, dan Prabu Gorawangsa dari Guwabarong yang sedang menyamar sebagai Basudewa. Saat itu Kangsa hendak menyingkirkan putra-putra Basudewa yaitu Narayana (kelak menjadi Kresna), Kakrasana (kelak menjadi Baladewa, raja pengganti ayahnya) dan Dewi Lara Ireng (kelak menjadi istri Arjuna yang bernama Wara Sumbadra). Dalam lakon berjudul Kangsa Adu Jago itu, Werkudara berhasil menyingkirkan Patih Suratimantra dan Kangsa sendiri tewas oleh putra-putra Basudewa, Kakrasana dan Narayana. Sejak saat itulah hubungan kekerabatan antara Pandawa dan Kresna serta Baladewa menjadi lebih erat.
Dalam lakon Bima Kacep, Werkudara menjadi seorang pertapa untuk mendapat ilham kemenangan dalam Baratayuda. Ketika sedang bertapa datanglah Dewi Uma yang tertarik dengan kegagahan sang Werkudara. Mereka lalu berolah asmara. Namun, malang, Batara Guru, suami Dewi Uma, memergoki mereka. Oleh Batara Guru, alat kelamin Werkudara dipotong dengan menggunakan As Jaludara yang kemudian menjadi pusaka pengusir Hama bernama Angking Gobel. Dari hubungannya dengan Dewi Uma, Bima memiliki seorang putri lagi bernama Bimandari. Lakon ini sangat jarang dipentaskan. Dan beberapa dalang bahkan tidak mengetahui cerita ini.
Selain Ajian yang diwariskan oleh Gandamana, Werkudara juga memiliki Aji Blabak pangantol-antol dan Aji Ketuklindu. Dalam hal senjata, Werkudara memiliki senjata andalan yaitu Gada Rujak Polo. Selain itu Werkudara juga memiliki pusaka Bargawa yang berbantuk kapak serta Bargawastra yang berbentuk anak panah. Anak panah tersebut tak dapat habis karena setiap kali digunakan, anak panah tersebut akan kembali ke pemiliknya. Ia pernah pula bertemu dengan Anoman, saudara tunggal Bayunya. Disana mereka bertukar ilmu, dimana Werkudara mendapat Ilmu Pembagian Jaman dari Anoman dan Anoman mendapat Ilmu Sasra Jendra Hayuningrat. Sebelumnya, arwah Kumbakarna yang masih penasaran dan ingin mencapai kesempurnaan juga menyatu di paha kiri Raden Werkudara dalam cerita Wahyu Makutarama yang menjadikan ksatria panegak Pandawa tersebut bertambah kuat. Dalam perang besar Baratayuda Jayabinangun Werkudara berhasil membunuh banyak satria Kurawa, diantaranya, Raden Dursasana, anak kedua kurawa yang dihabisinya dengan kejam pada hari ke 16 Baratayuda untuk melunasi sumpah Drupadi yang hanya akan menyanggul dan mengeramas rambutnya setelah dikeramas dengan darah Dursasana setelah putri Pancala tersebut dilecehkan saat Pandawa kalah bermain dadu. Bima juga membunuh adik- adik Prabu Duryudana yang lain seperti, Gardapati di hari ke tiga Baratyuda, Kartamarma, setelah Baratayuda, dan Banyak lagi. Werkudara pun membunuh Patih Sengkuni di hari ke 17 dengan cara menyobek kulitnya dari anus sampai ke mulut untuk melunasi sumpah ibunya yang tidak akan berkemben jika tidak memakai kulit Sengkuni saat Putri Mandura tersebut dilecehkan Sengkuni pada pembagian minyak tala. Hal tersebut juga sesuai dengan kutukan Gandamana yang pernah dijebak Sengkuni demi merebut posisi mahapatih Astina bahwa Sengkuni akan mati dengan tubuh yang dikuliti.

Pada hari terakhir Baratayuda, semua perwira Astina telah gugur, tinggal saingan terbesar Werkudaralah yang tersisa yaitu raja Astina sendiri, Prabu Duryudana. Pertarungan ini diwasiti oleh Prabu Baladewa sendiri yang merupakan guru dari kedua murid dengan aturan hanya boleh memukul bagian tubuh pinggang keatas. Dalam pertarungan itu Duryudana tubuhnya telah kebal dan hanya paha kirinya yang tidak terkena minyak tala, karena ia tidak mau membuka kain penutup kemaluannya yang masih menutupi paha kirinya saat Dewi Gendari mengoleskan minyak tersebut ke tubuh Duryudana. Banyak pihak yang menyalah artikan paha ini dengan mengatakan betis kiri. Sebenarnya yang betul adalah paha karena dalam bahasa Jawa wentis adalah paha bukan betis. Duryudana yang mencoba memukul paha kiri Werkudara gagal karena di paha kiri Werkudara bersemayam arwah Kumbakarna yang mengakibatkan paha kiri Bima menjadi sangat kuat, ditempat lain Werkudara mulai kewalahan karena Duryudana kebal akan segala pukulan Gada Rujak Polonya.

Untunglah Arjuna dari kejauhan memberi isyarat dengan menepuk paha kiri nya. Werkudara yang waspada dengan isyarat adiknya itu langsung menghantamkan gadanya di paha kiri Duryudana, dalam dua kali pukul Duryudana sekarat, oleh Werkudara, Duryudana lalu dihabisi dengan menghancurkan wajahnya sehingga tak berbentuk. Baladewa yang melihat hal itu menganggap Werkudara berbuat curang dan hendak menghukumnya, namun atas penjelasan dari Prabu Kresna akan kecurangan yang dilakukan terlebih dulu oleh Duryudana dan kutukan dari Begawan Maetreya akhirnya Prabu Baladewa mau memaafkannya. Saat Begawan Maetreya datang menghadap Duryudana dan memberi nasehat tentang pemberian setengah kerajaan kepada Pandawa, Duryudana hanya duduk dan berkata, seorang pendeta seharusnya hanya berpendapat jika sang raja memintanya, sambil menepuk-nepuk paha kirinya. Bagi Begawan Maetreya hal ini dianggap sebagai penghinaan, ia lalu menyumpahi Prabu Duryudana kelak mati dengan paha sebelah kiri yang hancur.
Setelah Baratayuda usai, Para Pandawa datang menghadap Prabu Destarastra dan para tetua Astina lainnya. Ternyata Destarastra masih menyimpan dendam pada Werkudara yang mendengar bahwa banyak putranya yang tewas di tangan Werkudara terutama Dursasana yang di bunuhnya dengan kejam. Saat para Pandawa datang untuk memberi sembah sungkem pada Destarastra, diam-diam Destarastra membaca mantra Aji Lebursaketi untuk menghancurkan Werkudara, namun, Prabu Kresna yang tahu akan hal itu mendorong Werkudara kesamping sehingga yang terkena aji-aji tersebut adalah arca batu. Seketika itu pulalah arca tersebut hancur menjadi abu. Destarastra kemudian mengakui kesalahannya dan iapun mundur dari pergaulan masyarakat dan hidup sebagai pertapa di hutan bersama istrinya dan Dewi Kunti. Beberapa pakem wayang mengatakan bahwa Prabu Destarastra telah tewas sebelum pecah perang Baratayuda saat Kresna menjadi Duta Pandawa ke Astina. Saat itu ia tewas terinjak-injak putra-putranya yang berlarian karena takut akan kemarahan Prabu Kresna yang telah menjadi Brahala.

Wayang Kulit

SEMAR

MAYA adalah sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.
Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.
Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
Yang bukan dikira iya.
Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.
Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.

Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:
1. tidak pernah lapar
2. tidak pernah mengantuk
3. tidak pernah jatuh cinta
4. tidak pernah bersedih
5. tidak pernah merasa capek
6. tidak pernah menderita sakit
7. tidak pernah kepanasan
8. tidak pernah kedinginan

kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.

Di alam Sunyaruri, Batara Semar dijodohkan dengan Dewi Sanggani putri dari Sanghyang Hening. Dari hasil perkawinan mereka, lahirlah sepuluh anak, yaitu: Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan, Batara Siwah, Batara Wrahaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya dan Dewi Sarmanasiti. Anak sulung yang bernama Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan mempunyai anak cebol, ipel-ipel dan berkulit hitam. Anak tersebut diberi nama Semarasanta dan diperintahkan turun di dunia, tinggal di padepokan Pujangkara. Semarasanta ditugaskan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di Pertapaan Saptaarga.

Dikisahkan Munculnya Semarasanta di Pertapaan Saptaarga, diawali ketika Semarasanta dikejar oleh dua harimau, ia lari sampai ke Saptaarga dan ditolong oleh Resi Kanumanasa. Ke dua Harimau tersebut diruwat oleh Sang Resi dan ke duanya berubah menjadi bidadari yang cantik jelita. Yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati. Dewi Kanestren diperistri oleh Semarasanta dan Dewi Retnawati menjadi istri Resi Kanumanasa.
Mulai saat itu Semarasanta mengabdi di Saptaarga dan diberi sebutan Janggan Semarsanta.

Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat setia kepada Bendara (tuan)nya. Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan. Banyak saran dan petuah hidup yang mengarah pada keutamaan dibisikan oleh tokoh ini. Sehingga hanya para Resi, Pendeta atau pun Ksatria yang kuat menjalani laku prihatin, mempunyai semangat pantang menyerah, rendah hati dan berperilaku mulia, yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta. Dapat dikatakan bahwa Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi. Siapa pun juga yang diikutinya, hidupnya akan mencapai puncak kesuksesan yang membawa kebahagiaqan abadi lahir batin. Dalam catatan kisah pewayangan, ada tujuh orang yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta, yaitu; Resi Manumanasa sampai enam keturunannya, Sakri, Sekutrem, Palasara, Abiyasa, Pandudewanata dan sampai Arjuna.

Jika sedang marah kepada para Dewa, Janggan Semarasanta katitisan oleh eyangnya yaitu Batara Semar. Jika dilihat secara fisik, Semarasanta adalah seorang manusia cebol jelek dan hitam, namun sesungguhnya yang ada dibalik itu ia adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya.
Karena Batara Semar tidak diperbolehkan menguasai langsung alam dunia, maka ia memakai wadag Janggan Semarasanta sebagai media manitis (tinggal dan menyatu), sehingga akhirnya nama Semarasanta jarang disebut, ia lebih dikenal dengan nama Semar.

Seperti telah ditulis di atas, Semar atau Ismaya adalah penggambaran sesuatau yang tidak jelas tersamar.
Yang ada itu adalah Semarasanta, tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada. Yang sesungguhnya ada adalah Batara Semar, namun ia bukan Batara Semar, ia adalah manusia berbadan cebol,berkulit hitam yang bernama Semarasanta.

Memang benar, ia adalah Semarasanta, tetapi yang diperbuat bukan semata-mata perbuatan Semarasanta.
Jika sangat yakin bahwa ia Semarasanta, tiba-tiba berubah keyakinan bahwa ia adalah Batara Semar, dan akhirnya tidak yakin, karena takut keliru. Itulah sesuatu yang belum jelas, masih diSAMARkan, yang digambarkan pada seorang tokoh Semar.
SEMAR adalah sebuah misteri, rahasia Sang Pencipta. Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang egois, tamak, iri dengki, congkak dan tinggi hati, namun dibuka bagi orang-orang yang sabar, tulus, luhur budi dan rendah hati. Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia, atau SEMAR, hidupnya akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi. (herjaka)
===============

Wikipedia :

Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sanskerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.

Sejarah Semar
Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala[rujukan?]. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439[rujukan?].

Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.

Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala.
Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.

Asal-Usul dan Kelahiran
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa[rujukan?].
Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.

Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.

Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.

Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar.

Silsilah dan Keluarga
Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani. Dari perkawinan itu lahir sepuluh orang anak, yaitu:
• Batara Wungkuham
• Batara Surya
• Batara Candra
• Batara Tamburu
• Batara Siwah
• Batara Kuwera
• Batara Yamadipati
• Batara Kamajaya
• Batara Mahyanti
• Batari Darmanastiti

Semar sebagai penjelmaan Ismaya mengabdi untuk pertama kali kepada Resi Manumanasa, leluhur para Pandawa. Pada suatu hari Semar diserang dua ekor harimau berwarna merah dan putih. Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke wujud asli, yaitu sepasang bidadari bernama Kanistri dan Kaniraras. Berkat pertolongan Manumanasa, kedua bidadari tersebut telah terbebas dari kutukan yang mereka jalani. Kanistri kemudian menjadi istri Semar, dan biasa dipanggil dengan sebutan Kanastren. Sementara itu, Kaniraras menjadi istri Manumanasa, dan namanya diganti menjadi Retnawati, karena kakak perempuan Manumanasa juga bernama Kaniraras.

Pasangan Panakawan / Punokawan
Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.
Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.

Bentuk Fisik
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.
Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.

Keistimewaan Semar
Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.

Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.

===========

Sosok Semar adalah penggambaran manusia dan Tuhannya, antara penuh kekurangan dengan kesempurnaan. Semar adalah seorang lelaki karena bagian kepalanya menyerupai laki-laki, namun payudara dan pantatnya adalah perempuan. Rambutnya memiliki kuncung layaknya anak-anak, namun tlah memutih seperti orang tua. Bibirnya slalu tersenyum menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan, namun matanya selalu basah oleh tangis kesedihan. Semar adalah kita, yang sering tertawa namun kerap pula menitikan air mata lara, adakalanya bersikap kekanak-kanakan namun kerap pula bertindak bijaksana. Semar adalah kita, yang dalam diri bersemayam kekurangan, cacat dan jauh dari sempurna. Dan bila kita menyadarinya dan berupaya tuk mengurangi kekurangan dan mengedepankan kebaikan maka Allah Yang Maha Sempurna dapat berkenan meyertai jiwa dan raga kita.

Wayang Kulit

ANOMAN

Dalam pewayangan, kisah kelahiran Anoman diceritakan sebagai berikut:Ketika suatu saat Batara Guru sedang terbang melalang di atas Telaga Nirmala, ia menyaksikan seorang wanita muda sedang melakukan tapa kungkum. Melihat tubuh wanita muda itu, Dewi Anjani namanya, Batara Guru tidak dapat menahan birahinya dan jatuhlah kama benihnya, menimpa sehelai daun asam muda yang mengapung di permukaan telaga. Daun asam muda yang oleh orang Jawa disebut sinom itu hanyut terbawa arus dan akhirnya tertelan oleh Dewi Anjani. Seketika itu juga Dewi Anjani hamil. Karena merasa tidak pernah disentuh pria, segera Anjani menuntut Batara Guru untuk bertanggung jawab atas kehamilannya. Ternyata pemuka dewa itu tidak mengelakkan tanggung jawab. Ia mengakui bayi yang berada dalam kandungan Anjani sebagai anaknya, dan memerintahkan para bidadari menolong kelahirannya. Bayi itu kemudian diberi nama Anoman.

Kelahiran Anoman ditandai dengan gara-gara yang melanda dunia. Gunung-gunung meletus, badai dan air bah terjadi di mana-mana. Para dewa segera mengutus beberapa bidadari untuk menolong persalinan Dewi Anjani. Sesudah Anoman lahir, para bidadari membawa Dewi Anjani dan bayinya ke kahyangan. Atas perkenan para dewa, sesudah melahirkan anaknya wanita berwajah kera itu berubah ujud menjadi wanita cantik kembali. Selama sisa hidupnya ia pun diperkenankan hidup di kahyangan sebagai bidadari. Batara Guru memberi nama Anoman kepada bayi kera berbulu putih bersih Anoman dan memerintahkan kepada Batara Bayu untuk mengasuhnya. Itulah sebabnya, Anoman juga bernama Bayusuta atau Bayutanaya, Maruti atau Marutaseta. (Selain Anoman, sebutan Bayusuta atau Bayutanaya juga dipakai untuk menyebut Bima. Jadi menurut pewayangan, terutama di Pulau Jawa, Anoman adalah anak Batara Guru yang diasuh oleh Batara Bayu atau Batara Maruta).

Sebagai putra angkat atau anak asuh Batara Bayu, Anoman mengenakan kain Poleng Bang Bintulu Aji dan berkuku Pancanaka. Dalam pewayangan ada Sembilan tokoh yang merupakan "saudara tunggal Bayu". Mereka adalah:
  • Batara Bayu sendiri,
  • Anoman,
  • Bima,
  • Wil Jajahwreka,
  • Begawan Maenaka,
  • Liman Situbanda,
  • Dewa Ruci,
  • Garuda Mahambira,
  • Naga Kuwara.
Versi-versi lainnya:Menurut Kitab Ramayana asli karangan Walmiki, Anoman bukan anak Batara Guru, melainkan anak Dewa Maruta, penguasa angin. Itulah sebabnya ia juga bernama Maruti atau Marutasuta. Sementara menurut Serat Kanda Anoman adalah anak Prabu Ramawijaya dan Dewi Sinta, yang lahir di tengah Hutan Dandaka. sebelum Dewi Sinta diculik Rahwana. Versi Anoman anak Rama-Sinta ini tidak begitu lazim dalam dunia pedalangan di Indonesia.

Pedalangan Jawa Timuran yang banyak terpengaruh Serat Kanda. Kisah kelahiran Anoman di pewayangan Jawatimuran, dimulai pada saat pengembaraan Rama, Dewi Sinta, dan Laksmana di hutan, pada masa pembuangan. Pada saat itu Dewi Sinta telah hamil muda. Suatu ketika, segera setelah Rama dan Dewi Sinta mandi di Telaga Tirta Sumala, dari tubuh mereka keluar bulu-bulu putih.Tanpa diketahui sebabnya, tiba-tiba Dewi Sinta keguguran. Dari rahim Sinta keluar gumpalan darah. Ramawijaya kemudian menyuruh Laksmana membungkus gumpalan darah itu dengan daun lumbu (talas), dengan menyertakan sebelah anting-anting emas miliknya ke dalam bungkusan itu. Bungkusan itu lalu dilempar jauh-jauh oleh Laksmana. Tepat pada saat itu, Batara Guru yang sedang melanglang buana, menangkap bungkusan itu dan membawanya. Beberapa waktu kemudian, ketika dari angkasa Batara Guru melihat seorang wanita dengan tapa ngodok, tanpa busana. Karena terpana melihat keindahan lekuk tubuh wanita itu, tanpa terasa bungkusan yang dipegangnya jatuh tepat di hadapan sang Tapa. Sementara itu, karena birahinya menggejolak, jatuhlah kama benih (mani) Batara Guru, tepat menimpa bungkusan itu.Dewi Anjani, Sang Tapa, segera memakan bungkusan daun talas itu. Maka, hamillah Dewi Anjani. Ketika kemudian lahir, bayi yang berujud kera putih itu dinamai Anjali Kencana.

Sebagaimana tokoh wayang terkenal lainnya, Anoman memiliki banyak nama lain. Ia juga disebut: Anjaniputra, Anjali Kencana, Bambang Senggana, Prabancana, Ramandayapati, Maruti, Marmasuta, Kapiwara, dan Begawan Mayangkara. Nama Anoman yang terakhir ini digunakan ketika Anoman sudah tua, dan hidup sebagai pertapa di Pertapaan Kendalisada.

Tetapi menurut pedalangan gagrak Jawatimuran, nama Anoman baru disandang Setelah ia menjadi utusan Ramawijaya ke Alengka untuk menjumpai Dewi Sinta di Taman Argasoka. Di negara itu ia membunuh senapati raksasa bernama Ditya Kala Anoman, Ditya Kala Ndayapati, dan Ditya Kala Prabancana. Nama-nama raksasa yang mati itu lalu diambil sebagai nama aliasnya. Sebelumnya, ia bernama Anjila Kencana. Setelah dewasa, oleh Batara Guru Anoman diperintahkan turun ke dunia untuk mengabdi pada Ramawijaya yang merupakan titisan Batara Wisnu. Anoman menjumpai Rama dan Laksmana ketika kedua ksatria itu sedang dalam perjalanan menuju Kerajaan Alengka. Saat itu Anoman sedang diperintah Sugriwa raja Guwakiskenda mencari bantuan untuk mengalahkan Subali. Setelah Rama membunuh Resi Subali, Sugriwa menyatakan bersedia membantu usaha Rama membebaskan Dewi Sinta dengan mengerahkan seluruh bala tentara keranya.

Pada waktu Dewi Sinta disekap di Taman Argasoka, Alengka, Ramawijaya mengutus Anoman untuk menemui istrinya secara diam-diam. Kera putih itu berhasil menyelundup masuk dan bertemu muka serta menyampaikan pesan Ramawijaya kepada Dewi Sinta. Sesudah menunaikan tugas pokoknya Anoman sengaja membuat gara-gara dengan membuat kerusakan di lingkungan Keraton Alengka. Prabu Dasamuka segera mengutus putranya, Indrajit, untuk menangkapnya. Dengan panah Nagapasa, yang jika dilepaskan dari busurnya berubah menjadi ribuan ular dan melilit tubuhnya, Anoman tertangkap. Dalam keadaan terikat, Anoman dibakar hidup-hidup. Tetapi justru ketika itulah, dalam keadaan bulunya terbakar, Anoman meloloskan diri sambil membakari Istana Alengka. Peristiwa itu diceritakan dalam lakon Senggana Duta atau Anoman Obong.

Waktu bala tentara Ramawijaya yang terdiri atas pasukan kera menyerbu Kerajaan Alengka, Anoman bertindak sebagai salah seorang senapatinya. Anoman pula yang menindih tubuh Prabu Dasamuka dengan gunung karena raja Alengka itu selalu dapat hidup kembali setelah mati terpanah oleh Ramawijaya. Karena jasa-jasanya membantu Ramawijaya dalam usaha merebut kembali Dewi Sinta dari tangan Dasamuka, Anoman diangkat anak oleh Rama. Karena itu Anoman juga mendapat sebutan Ramandayapati.

Anoman sebenarnya jatuh cinta pada Dewi Trijata, putri Gunawan Wibisana. Wanita cantik itu dijumpainya sewaktu Anoman menjalankan tugas sebagai duta menemui Dewi Sinta di Taman Argasoka di Alengka. Tetapi karena ia tahu bahwa Dewi Trijata sebenarnya berharap dapat menjadi istri Laksmana, Anoman mengurungkan niatnya untuk memperistri Trijata.

Sebelumnya, dalam perjalanan menuju Alengka pahlawan kera berbulu putih itu sempat dirayu seorang bidadari bernama Dewi Sayempraba, putri Batara Wiswakrama. Dewi Sayempraba sesungguhnya adalah salah seorang istri Dasamuka. Untuk mencegah jangan sampai Anoman tiba di Alengka, Dewi Sayempraba mencegatnya dan merayu, kemudian memberinya makanan berupa buah-buahan. Ternyata makanan itu sudah lebih dahulu dibubuhi racun. Akibatnya, setelah makan Anoman menjadi buta dan hilang kekuatannya. Ia hampir pingsan sewaktu seekor burung garuda bernama Sempati datang menolongnya. Anoman disembuhkan dari kebutaan dan diberi petunjuk caranya pergi ke Alengka.

Namun rayuan Dewi Sayempraba sempat membuat bidadari, yang juga istri Dasamuka, itu hamil. Anak yang kemudian lahir juga berujud kera, dinamakan Tringganga atau Triyangga. Versi lain menyebutkan Anoman mempunyai anak Trigangga bukan dari Dewi Sayempraba melainkan dari Dewi Urangayu (sebagian dalang menyebut bukan Urang Ayu melainkan Dewi Urang Rayung) putri Begawan Mintuna. Istri Anoman yang lain adalah Dewi Purwati, yang melahirkan anak bernama Purwaganti.

Dalam cerita pewayangan di Indonesia, Anoman berumur sangat panjang. Menurut Serat Mayangkara ia hidup pada zaman Ramawijaya, zaman Pandawa, dan baru meninggal beratus tahun setelah Prabu Parikesit meninggal, yakni pada zaman pemerintahan Prabu Jayabaya di Kediri. Sedangkan dalam cerita asli Ramayana, Anoman hanya hidup pada zaman Ramawijaya saja.

Ada lagi dalang yang menganut versi bahwa Anoman hidup sepanjang masa, yakni masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Versi ini menyebutkan, Anoman memang ditugasi para dewa untuk menjaga Dasamuka. Raja Alengka ini tidak dapat mati karena memiliki Aji Pancasona yang diwarisinya dari Resi Subali. Karena itu setiap kali Dasamuka mati dan tubuhnya menyentuh bumi, ia akan hidup kembali. Karena itulah untuk menjaga jangan sampai Prabu Dasamuka membuat onar kembali di dunia, Anoman diharuskan tetap hidup selamanya, sampai saat dunia kiamat nanti.

Sebuah versi lain menyebutkan tentang kematian Anoman sebagai berikut:Waktu itu, jauh sesudah selesainya Baratayuda, sewaktu di Pulau Jawa telah berdiri Kerajaan Mamenang (Kediri atau Daha), Anoman pergi ke kahyangan menghadap para dewa. Kepada Batara Guru ia mengatakan sudah bosan hidup di dunia, dan menanyakan kapan ia akan mati. Batara Guru menjawab, belum waktunya. Anoman tidak puas dengan jawaban itu, kemudian berkata, bahwa selama "hidup ratusan tahun, ia telah mendarmabaktikan segala kemampuan dan kesaktiannya untuk kesejahteraan dan keamanan dunia. Kini Anoman menuntut agar permintaannya yang terakhir, yaitu agar ia segera mati, dipenuhi oleh para dewa. Batara Guru menjawab: "Baik! Tetapi engkau lebih dahulu masih harus menjalankan sebuah tugas lagi, yaitu menjodohkan ketiga orang putra Prabu Sriwahana (sebagian dalang menyebut Prabu Sriwahana dengan sebutan Prabu Sariwahana) dari Kerajaan Yawastina."

Dalam pelaksanaan tugas itu nanti, menurut Batara Guru, Anoman akan gugur. Karena, seorang ksatria agung seperti Anoman tidak layak bila mati di tempat tidur. Para dewa memutuskan, Anoman harus gugur sebagai ksatria sejati di medan tugas. Anoman menyanggupi tugas itu karena ia memang ingin mati sebagai prajurit.Pertarna-tama ia menemui Prabu Sriwahana dan menguraikan tentang maksud para dewa menjodohkan ketiga putra raja Yawastina itu dengan putri-putri Prabu Jayabaya. Prabu Sriwahana menyetujui. Maka berangkatlah Anoman ke Mamenang. Sebenarnya lamaran yang diajukan Anoman untuk ketiga putra raja Yawastina itu diterima oleh Prabu Jayabaya. Namun, sebelum pembicaran itu tuntas, tiba-tiba datanglah Prabu Yaksadewa. Raja raksasa itu ternyata juga akan melamar ketiga putri Prabu Jayabaya.Perkelahian tidak dapat dihindari. Seperti janji para dewa, dalam pertempuran itu Anoman gugur. Menyaksikan peristiwa itu, Prabu Jayabaya marah, dan berhadapan dengan Prabu Yaksadewa.Raja raksasa itu berhasil dikalahkannya, dan berubah ujud menjadi Batara Kala, yang kemudian lari pulang ke tempat kediamannya di Setra Gandamayit.

Dari cerita ini jelas bahwa Anoman, menurut pewayangan, tewas oleh Batara Kala, pada zaman Kerajaan Mamenang, atau Kerajaan Kediri.

Menurut Mahabarata versi Jawa Kuna, yakni pada bagian Tritayatra Parwa, Anoman pernah berjumpa dengan Bima. Waktu itu para Pandawa sedang menjalani pembuangan selama 12 tahun di hutan. Waktu Bima hendak lewat di sebuah jalan sempit di tebing jurang, seekor kera putih sedang berbaring melintang jalan. Dengan sopan Bima minta agar kera putih itu menepi agar ia bisa lewat. Sang Kera Putih menjawab: "Jika aku menghalangi perjalananmu, mengapa bukan kau lompati saja aku, atau engkau singkirkan saja tubuhku ke tepi?" Bima menolak melompati kera itu karena perbuatan itu tidak sopan. Ia pun tidak mau menyingkirkan kera itu, karena itu berarti memaksakan kehendak. Sang Kera lalu mengatakan: "Bila engkau dapat mengangkat ekorku, maka dengan sukarela aku akan menyingkir dari tempat ini."Tanpa banyak bicara Bima mencoba mengangkat ekor kera itu, namun ternyata tidak sanggup, meskipun ia telah mengerahkan segenap kesaktiannya. Kini tahulah Bima bahwa ia berhadapan dengan seekor kera Sakti berilmu tinggi. Karenanya, Bima segera memohon agar diterima sebagai muridnya. Permohonan Bima dipenuhi. Anoman lalu memperkenalkan diri bahwa sebenamya ia dan Bima "saudara Tunggal Bayu". Ia pun memberikan beberapa ilmu pada "saudara Tunggal Bayu"nya itu. Di antara yang diwariskan adalah ilmu mengenai pembagian zaman yang selalu berlangsung di alam dunia ini.

Pembagian zaman di dunia menurut Anoman adalah:Zaman Kreta atau Kretayuga, yakni zaman ke-utamaan yang sempurna. Di dunia hanya ada satu agama, tidak ada kejahatan, belum ada tradisi jual beli, yang ada hanya memberi dan menerima. Setiap manusia menjalankan kewajiban (derma) masing-masing dengan sebaik-baiknya, tanpa ada rasa iri atau sirik pada orang lain. Semua manusia mempunyai kedudukan sama terhadap manusia lainnya.

Zaman Tirta atau Tirtayuga, yakni ketika di dunia ini mulai terdapat orang-orang yang berhati jahat. Seperempat penduduk dunia menjadi orang yang berperilaku dengki, iri dan sutra mengambil yang bukan miliknya. Yang baik hanya tinggal tiga perempat bagian saja. pada zaman ini muncul kebiasaan orang mengadakan sesaji, dan timbul berbagai macam agama. pada zaman Tirta pula dimulai adanya pembagian golongan masyarakat: golongan brahmana, ksatria, waisya, dan sudra.

Zaman Dupara atau Duparayuga, ketika manusia di dunia ini terbagi menjadi dua bagian. Yang separuh menjadi orang jahat dan separuh sisanya tetap baik. Jumlah agama makin banyak, tetapi yang memperhatikan kaidah dan norma agama itu makin sedikit. Banyak orang bertapa dan mencari kesaktian, namun sebagian dari mereka bertujuan buruk. Orang yang ingin berbuat kebaikan makin banyak godaan dan halangannya.

Zaman Kali atau Kaliyuga, yakni zaman di mana keburukan menang atas kebaikan. Golongan manusia yang masih berjalan di jalan keutamaan tinggal seperempat bagian saja. Sisanya sudah menjadi orang jahat. Agama, walaupun makin banyak macamnya, seakan sudah tidak lagi dipedulikan orang. Banyak orang malas, tetapi mereka selalu iri pada keberhasilan orang yang rajin. Orang takut melarat, tetapi tidak berusaha untuk menjadi kaya. Zaman ini adalah zaman ketika usia dunia telah tua, telah mendekati akhir zaman.

Selain itu, Anoman masih banyak memberikan wejangan dan bimbingan kepada Bima mengenai rahasia hidup, dan kehidupan alam. Iapun mengajarkan beberapa ilmu, di antaranya ilmu Sepi Angin.Tetapi selain memberikan ilmu-ilmunya pada Bima, Anoman pun pernah berguru pada Bima. Waktu Bima mengajarkan berbagai ilmu spiritual kepada anak-anak dan keponakannya di Gunung Argakelasa, Anoman pun ikut menjadi muridnya. Waktu itu Anoman menggunakan nama Kapiwara.

Pada seni kriya Wayang Kulit Purwa gaya Surakarta, tokoh Anoman dilukiskan bermata satu (karena dipandang dari satu sisi), sedangkan pada gaya Yogyakarta dan Kedu, bermata dua.Setelah Anoman lanjut usia dan menjadi pertapa di Kendalisada, ia lebih dikenal dengan nama Resi Mayangkara, dan figur wayangnya mengenakan sampir, yakni selendang di bahunya. Dalam Wayang Orang, tokoh Anoman ditarikan oleh seorang penari pria. Ia mengenakan topeng mulut dan hidung, dan berpakaian kaus putih menutupi badan dan tangan serta kakinya.ANOMAN, tokoh wayang terkenal dalam seri Ramayana, yang dalam Wayang Purwa juga sering muncul dalam kisah-kisah Mahabarata. Ia berujud kera berbulu putih. Ibunya adalah Dewi Anjani, sedangkan ayahnya Batara Guru. Pada saat Ramawijaya mengerahkan bala tentara kera menyerbu Kerajaan Alengka untuk membebaskan Dewi Sinta yang diculik Prabu Dasamuka, Anoman bertindak sebagai salah satu senapati.

Wayang Kulit

LAHIRE GATOT KACA

Sing ya bayi dijedhi iku? Akeh ngerti jeneng Billy kaca , nanging jeneng iki ora digunakake dikenal dijedhi bayi . Iki crita saka bayi dijedhi aka Ksatria aka Gato Kaca Pringgadani ( The Flying Ksatria Pringgadani ) aka jawata ewu jeneng.Miwiti saka pepati krusuhan Sang Nagapercona bab kang urip kanca . Raja cemburu wong-wong kang frolic karo sing bojo. Dipanggilah Patih Sekipu lan Raja Nagapercona unfurl atiné lan ngandika bilih piyambakipun kepengin woo Dewi Supraba. Patih Sekipu menehi saran kanggo ngupaya pitulungan saka Bellyband Sekarlaras minangka dikenal pikiran akeh.Sawise nampa prentah, banjur Bellyband Serlaras kanggo Jonggringsalaka kanggo ngajokake aplikasi menyang Dewi Supraba Sang . Guru pamarentah Jonggringsalaka aran alamat ala lan ngundang dewa kanggo rapat. Lan takon pengawal tightened.Sekarlaras waistband teka ing Suralaya lan intercepted dening Dewa. Senajan Bellyband Sekarlaras kudu nerangake sing piyambakipun lan takon Reunited karo Guru nanging dewa durung heed para prejurit lan ndamel Bellyband Sekarlaras . Perang ana ono. Kanthi ilmu gaib duweni Bellyband Sekarlaras , gods durung ngawula uga marang Gusti. Pungkasanipun Batara Bayu ngalangi lan exert lesus fly Bellyband Sekarlaras awak kanggo tiba bumi.Ing Gilingwesi , Raja lan para sokongan Nagapercona ngrembag kamungkinan sing bisa kelakon. Dumadakan , komandhan kacarita Bellyband Sekarlaras Mudhun saka langit. Raja Gilingwesi lan Patih Sekipu lan dadi langsung goleki Sekarlaras mung fainted . Mogha Sekarlaras diwaspada lan ngandhani saka acara ngalami lan ngadhepi bebendu Raja katon geni minangka ngenyek gods. Ing Patih langsung marang nyiyapake tentara buta saka sing dipilih menyang Jonggringsalaka . Tekan ing Repat overheated , pasukana buta saka Gilingwesi mandegake dening Dewa.Patih Sekipu Reunited karo Guru takon, nanging ora gelem , lan panas Batara Bayu dielingake Patih Sekipu lan diseranglah gods sing ndjogo Repat overheated. Korban loro-lorone iku kudu ono sing , liwat wektu pasukan dewa saya kuwat lan santosa kekuatan buta gagang Gilingwesi . Lan muter bali pimpinan Bethara regu tumuju Bethara Bayu Selamanangkep . Lan lurking ing beteng ngalangi .Batara Bayu tentara pullback dilapurake dening bhatara Guru kanggo Narada. Guru kronologis bilih Gusti Allah Narada mudhun kanggo Mayapada kanggo nyedhiyani Konta gegaman Arjuna diutus dening Raden Bratasena kanggo nggoleki gegaman sing bisa Cut umbilical ari bayi kang dijedhi .Marang kang bayi wis dijedhi lawas telung taun. Nanging ora ana gegaman sing bisa Cut ari umbilical . Lan uga mung ngomong Konta gegaman sing bisa Cut umbilical ari bayi kang dijedhi . Guru bayi dijedhi pracaya mung siji sing bisa nyisihaken Raja Nagapercona lan nyimpen Suralaya.Tesebutlah negara Tablakancana ( Petapralaya ) kang kontrol déning Raja Begawan Redaya . Piyambakipun sampun kagungan putra anama Bambang Aradea . Siji dina Raja Begawan Redaya fuss karo Raden Bambang Aradea Aradea amarga prilaku tansah looking for alangan . Sawisé fuss Raden Aradea nggawe pancasan kanggo ngulandara .Satleraman ing wektu iku , Gusti Allah Narada maneh liwati liwat alas ngendi Raden Aradea sing ngaso. Batara Narada sing seeking Arjuna weruh Raden Aradea banget padha kanggo Arjuna lan dihampirilah Raden Aradea . Lan Allah Narada Marang kula bab tugas kanggo metokake . Raden Aradea ngerti Gusti Allah Narada lan Raden Aradea salah wong gagah dadi Arjuna. Lan diserahkanlah pusaka Konta Dèkné.Satleraman Raden Arjuna uga maneh ing alas padha. Ing cara ngarep kanggo Suralaya , Batara Narada ketemu karo klompok Raden Arjuna. Batara Narada kaget . Dadi metu dhèwèké wong salah. Lan diceritakanlah apa wis kedaden raden Arjuna. Semar rauh sinau sing wong sing padha kanggo Raden Raden Arjuna Aradea . Sawisé nyariyosaken kabeh, Allah Narada langsung bali menyang Suralaya.Kesusu Raden Raden Arjuna seeking Aradea . Sawisé ketemu , Raden Aradea ora pengin ngakeni bilih wus ditampa saka Gusti Allah Narada Kunta . Banjur ana perang words. Amarga gelem ngulungake liwat Konta gegaman lan wedi kesalahane ditemokke , Raden Aradea narik kawigaten keris Bantalpipi lan serangan Raden Arjuna , nanging Arjuna Raden nyingkiri. Senajan keris Bantalpipi Aradea Raden Raden bakal diantemi mudhun dening Arjuna. Arjuna isih ngisor Piandel Raden Raden Aradea . Siji wusana Aradea ngetung Raden Raden Arjuna nyebul lan digawe semaput . Sawise njupuk bali keris Bantalpipi sing wis tiba , Raden Aradea mutusaké kanggo mbukak adoh . Ing wayahe Raden Aradea nyoba uwal , nanging nalika kepengin mlumpat adoh , kang sikil dianakaké dening Pangeran Arjuna. Panjenenganipun ambruk lan ana perjuangan . Loro-lorone padha-padha kuwat lan marang ing wektu perjuangan , Raden Arjuna Kunta wis dicekel senjata saka holster sadurunge Raden Raden Aradea Aradea burem menyang pepeteng ing wayah wengi. Raden Arjuna bali wagol Amarta.Ing esuk menyang Amarta, entourage Raden Arjuna padha kaget déning munculé Allah Narada. Batara Narada apologized kanggo kesalahan lan diterangno sing sarung tangan Konta isih migunani lan bisa digunakake kanggo Cut ari umbilical dijedhi bayi . Panjelasan Allah Narada Raden Arjuna mutusaké kanggo ninggalake kanggo Pringgandani .Ing Pringgandani , Raden Bratasena're mumet bab pasrahaken bayi anakanya dijedhi kang nganti saiki durung Cut mati ari umbilical mikir . Raden Bratasena Amarta pungkasanipun mutusaken menyang ketemu rayinipun Raden Arjuna. Wektu ana bab kanggo mangkat, Bathara Kresna ngunjungi Pringgandani . Raden Bratasena lan nyuwun saran amarga pikiran kang iki ngaco munggah. Bathara Kresna takon Raden Bratasena dadi sabar lan tenanan nampa iku amarga wis kabeh rencana moho kuwoso . Lan sing bakal panghibur dijedhi bayi anak bakal sakti mandraguna.Amarga penasaran kanggo pasrahaken bayi dijedhi lan Raden Arjuna sing ora crita warta , Raja DARMAKUSUMA , Raden Nakula lan Sadewa Raden tindak Pringgandani kanggo nyedhiyani relief kanggo nggoleki Raden Arjuna. Nanging begalan dening Kresna Batara lan takon kabeh ngenteni Raden Arjuna.Sakcepete sesampunipun , Raden Arjuna teka ing Pringgandani . Sawisé ngibadah DARMAKUSUMA King, Raden Bratasena , lan Bathara Kresna lan Greetings raden Raden Nakula lan Sadewa . Raden Raden Arjuna Bratasena njerit kanggo nyerah senjata sing bisa Cut umbilical ari bayi kang dijedhi .Raden Arjuna nervously diterangno bilih piyambakipun nemu ora mung gegaman nanging klambi ketat . Raden Bratasena duka bledosan, meh kenek Raden Arjuna ngalahake. Bok manawa ana Bathara Kresna sing nyegah lan takon Raden Raden Arjuna Bratasena krungu katrangan .Pancanaka nalika nuduhake dheweke kuku , Bratasena mlaku modar lan kasebut nunggu panjelasan Raden Arjuna. Arjuna cetha saka wiwitan nganti pungkasan acara sing kedaden. Everyone kaget karo holster Konta , mung Bratasena sing ora pracaya ing sawijining kesahihan. Nanging karo painstaking Bathara Kresna nuturi sing nyoba dijedhi bayi kang umbilical ari Motong karo sarung tangan Konta .Akhire Raden Bratasena setuju lan kabeh sing needed punika disiapake. Nalika wong ndedonga . Bathara Kresna diutus kanggo Cut dheweke ari umbilical . Ngatur Cut ari umbilical nanging banjur Piandel mengkono . Sarung tangan Konta dielek umbilical ari dijedhi bayi iku. Iki digawe everyone hysterical . Raden Bratasena Rush kanggo narik metu sarung tangan nanging njupuk ditarik tuwa menyang bayi wtêngnya. Wekasanipun, sarung tangan wis rampung dilebokake menyang weteng dijedhi bayi .Dewi Arimbi unimaginable kasusahan . Sing sekseni kedadean ora bisa apa -apa bab iku, liyane saka ngomong pandonga ing jantung , mungguh. Teredengar mung bayi sing ngabar lan sobs Dewi Arimbi Bratasena dijedhi heartbreaking . Dumadakan Gusti Allah Narada maneh teka sing teka kanggo ndeleng dijedhi bayi . Punika ngandika raden Bratasena sing ing mangsa , dijedhi bayi bakal pahlawan dening fellow disengani pengin sembarang mungsuh . Lan ngrayakake tho supaya ati-ati yen tandhing Karna karo mung gadhahanipun Karna Konta gegaman sing bisa nyirnakake bayi dijedhi .Mlaku wektu dina online pangowahan , sasi kanggo ngganti sasi. Bayi dijedhi saiki wis bisa mbukak lan banget Agile . Everyone banget pleased karo dijedhi bayi cuteness . Wis pakulinan Allah Narada teka lan lunga dadakan . Batara Narada muncul sadurunge dijedhi bayi kang maneh diputer karo bapaké . Lan Allah Narada says iku wektu untuj dijedhi bayi . Tembung sing nggawe Bratasena wonder lan takon apa temenan . Dijelaskanlah dening Gusti Allah Narada sing panjenenganipun mbekta nyilih bayi dijedhi tugas kanggo mbasmi dewa keangkaramurkaan Raja Nagapercona , amarga raja pracaya malah dewa ora ana sing kuwawa digdaya Raden Nagapercona lan bayi dijedhi mung siji sing bisa nelukake Raja Nagapercona .Izinlah Allah Narada banjur dijaluk nyilih bayi Raja Nagapercona dijedhi kanggo ngadhepi. Logika piyambak ngendi anak bisa ngadhepi foe sing malah gods padha ora bisa suwala. Bratasena duka karo karsané Allah lan bilih putra bakal mung bisa digunakake minangka scapegoat . Satleraman teka Bathara Kresna sing teka kanggo ngunjungi kanggo ngunjungi bayi dijedhi . Lan Bathara Kresna iki diselehake minangka mediator saka masalah iki Komplek.Bathara Kresna bilih kabeh ing donya iki wis diatur dening Salah . Satleraman kabeh padha oleh kapasrahake kanggo Foster lan njaga dijedhi bayi . Lan saiki gods pengin nyilih bayi dijedhi kanggo nyuresaké keangkaramurkaan . Dumadakan bayi dijedhi bilih piyambakipun kepengin dadi pahlawan . Pungkasanipun direlakanlah dheweke kanggo gods kanggo apik saka manungsa. Bratasena nerbitaké dijedhi bayi karo ancaman sing putrané iki tatu , dheweke bakal nyerang Suralaya.Nalika Raja Nagapercona lan pasukan tentara wis diubengi patemon lan nyoba kanggo break lawang Selamanangkep bèntèng. Nanging lawang saka kraton kuwat banget lan pungkasanipun Raja Nagapercona mung bisa ngenteni dewa kanggo metu kanggo menehi hasil karo .Raja Nagapercona alam ora sabar , nalika nunggu marang revile gods. Tekan bali ing wilayah Auburn swara gunung rock tipis tantangan ono King Nagapercona . Raja Nagapercona kepengin weruh sing bakal wani ngawon-awon Gusti. Dewa mung ora wani . Ing panggonan asal swara pancing munggah nanging durung ketemu karo sapa waé . Banjur swara olok reappears konco liyane rock gunung . Raja Nagapercona Chase kasebut lan isih ora memenumkan sapa. Iki wis bola liwat lan liwat supaya Raja Nagapercona kesel Kalai looking for. Ing wektu liyane , Raja Nagapercona weruh tokoh sing nantang marang yelling . Kanthi penasaran, didekatilah tokoh . Pranyata sing metu tokoh punika dijedhi bayi .Raja Nagapercona kaget nalika dheweke weruh wujud diaktifake metu dadi anak cilik. Nalika iku cedhak dijedhi bayi , tanpa ba bi bu , Raja Nagapercona buta adhik langsung menyang awak menganyunkan dijedhi bayi . Bok manawa dijedhi sing bisa nisihake sing bayi . Lan teka pass mburu Chase. Siji wusana, mlumpat bayi Raja Nagapercona dijedhi kanggo Pundhak lan njupuk mati makutha saka Raja. Raja deftly nelukaké bayi dijedhi lan wringing dijedhi bayi kang badan, nanging a pain aneh, bayi dijedhi malah ngguyu giggling minangka gumun . Kang efforts ningali durung kasil, mbalang bayi Raja Nagapercona dijedhi karo maksud kanggo nggawe mati Koral . Nanging karo deft tangan bayi Raja dijedhi mlumpat saka Nagapercona lan pungkasanipun piyambakipun free maneh.Perang terus karo konvensi , Raja Nagapercona mburu lan mejet kanthi wuta lan bayi dijedhi nimbly ngindari . Kanggo sing ombone sing nguber bayi dijedhi , Raja Nagapercona kenek watu dislodged untu lan mimpin kanggo siji. Lan bayi dijedhi langsung menyambit watu kanggo ngadhepi Raja Nagapercona lan ngasilaken ing abuh kiwa mripat.Senajan mung suntingan ciloko, Raja felt moyoki dening pain Nagapercona dijupuk. Langsung , Raja Nagapercona release Nulis sing bisa lamur mripat marang dijedhi bayi . Tutuka bayi cepet wuta . Nanging bayi dijedhi ora nyerah lan tetep gelut . Nanging apa daya, bayi dijedhi wis Tukang kanggo ndeleng. Siji jotosan ndharat ing sirahe , lan dheweke awak dicekal dening Raja Nagapercona lan bayi dibantinglah dijedhi menyang rock nuding . Lan bayi seda dijedhi .Ing hideout , Batara Narada nonton wong perang. Lan dadi banget bingung nggoleki mati bayi dijedhi kuya . Sawisé Raja ngiwa badan Nagapercona dijedhi bayi , anyar Narada Allah muncul lan nyedhaki bayi dijedhi lan digawa ing badan bayi dijedhi kanggo Suralaya. Gods kabeh bingung liwat wonten punapa . Lagi wedi lan isin amarga yen Bratasena ngerti apa kedaden kanggo putra, dheweke bakal nyerang kanggo Suralaya. Pungkasanipun gods sarujuk kanggo ngupaya saran saka Guru.Guru diterangno bilih piyambakipun badhe takon kang kanggo bayi dijedhi supaya nguripake maneh ing adulthood. Nanging Guru felt sing ora cukup . Lan dhawuh sing bayi dijedhi dipersakti dening cara saka Bir , kawah Candradimuka lan dilatih supaya dadi bocah sing bisa nglawan Raja Nagapercona .Ing panyuwunan saka Guru, kang moho kuwoso revive bayi dijedhi ing diwasa. Ing wektu bayi dijedhi tangi , dheweke ana bingung kok dheweke wis kanggo tuwuh munggah lan Panggonan banget ayu . Lan dijelaskanlah dening Gusti Allah Narada nalika piyambakipun ana ing Suralaya lan bakal dilatih kanggo menehi hasil karo Raja dikawah Candradimuka Nagapercona .Kanthi netepake , bayi dijedhi mlumpat menyang cauldron nggodhok panas lahar Candradimuka abang -abang. Miturut Usulan crita , bayi dijedhi ora aran panas lahar nanging kadhemen. Ugi pitados campuran déwa tembaga , timah, kabel, perhiasan, lan perhiasan dadi kawah . Baja lan wesi ana dicampurkannya kanggo nggawe sampurna Godogan . Ajaib kelakon maneh, dijedhi bayi awak tansaya gedhe lan kuwat . Sawise nalika, njaluk metu saka kawah lan bayi dijedhi kapapag gods. Banjur bayi dijedhi digawa sadurunge Guru lan sandhangan .Metu ana , Raja Nagapercona Suralaya isih nyoba kanggo break lawang . Lan dumadakan sirahe iki kenek dening sawijine lan ora ana wong sing weruh apa kang nggebug Dèkné. Raja Nagapercona jumangkah bali lan dumadakan mejet doyo teka pasukan kang . Supaya pasukan Gilingwesi bekakrah roto kanggo ajerih ngunekke tanpa dipengini. Pungkasanipun Nagapercona Raja intervened lan nantang Master perang ngunekke tanpa Shadow mau .Rawuh ing bayi Raja dijedhi lan Nagapercona ora nitèni Dèkné minangka anak cilik wus numpes dawa kepungkur. Panjenenganipun ngalembana bayi dijedhi atos jotosan . Lan takon Suralaya lawang dibukak. Tutuka bayi Raja Nagapercona setuju nanging kudu ketemu sawetara syarat ing dijedhi bayi .Tutuka takon bayi Raja Nagapercona nyimpen lan leaned kang gun ing watu gunung, nutup mata , lan tutuk. Tutuka bayi Raja dhawuh sing Nagapercona nglanggar kabeh marang njajal bakal gagal. On kasempatan apik iku, bayi dijedhi doyo awak Lamongan King Nagapercona karo leluasanya .Njaluk duka dihajarlah bayi Raja Nagapercona dijedhi . Ing serangan sabanjuré piyambakipun gagal ing dijedhi bayi cepet minangka kilat . Akhire Raja Nagapercona exert japa sapisan dipigunakaké kanggo lamur bayi dijedhi . Nanging wektu iki durung bisa ajiannya dijedhi natoni bayi . Bayi dijedhi bilih sapisan Nulis Sang Prabu Nagapercona bakal ngandika marang nanging saiki ora bisa maneh. Horrified kanggo krungu wicara bayi Raja Nagapercona dijedhi . Amarga bayi dijedhi ora duwe wong numpes lan apa ngirim dijedhi bayi bisa manggon lan amba lan kuat minangka saiki.Raja Nagapercona padha maneh stunned mikir masalah iki nyerang dening dijedhi bayi . PUNCH lan siji kick ndharat ing janggut lan dodo Nagapercona Raja. Sawisé mengkono Chase mburu maneh lan pungkasanipun meksa Nagapercona Raja wiwit ninggalake dheweke awak. Ing wusana bayi dijedhi exert sawijining kekuatan lengkap kanggo ngalahake King King Nagapercona lan ajurmumur iku.Pranyata sing metu perang iki mirsani dening dewa lan grup Arjuna. Arjuna bendungan entourage dipunparingi proyek nemokake metu Bratasena warta kanggo bayi dijedhi . Sawisé tandhing iki dimenangaké déning bayi dijedhi , gods muncul lan congratulate marang ing para kamenangan .Gods menehi masmur lan jeneng kanggo bayi dijedhi . Batara Narada marang jeneng Billy kaca , Batara Sambu diparingi jeneng Melayangtengah , Batara Darma Jaya Kancing Dub , Celukan Purabaya Brahma . Batara Kamajaya menehi Satria Pringgandani jeneng. Batara Stone diparingi jeneng Krincingwesi . Batara Surya marang Arimbisuta jeneng kanggo bayi dijedhi punika bin Dewi Arimbi . Batara Kurewa menehi Ideralam jeneng. Batara Pulandara Bimaputra Celukan, Batara Indra marang Suryapringga jeneng.Nalika Raden Arjuna nyedhaki grup banjur takon jeneng dijedhi bayi satria sing wis devastated Raden Nagapercona . Dijelaskanlah dening dewa di lungguhi masalah apa mengkono karo bayi dijedhi . Lan disuruhlah bayi dijedhi kanggo ngadhep ing ngarepe Randen Arjuna.Ing Pringgandani , Raden Bratasena Aradea tekané tamu sing weruh kang luput lan kepengin bali Konta gegaman . Raden Raden Aradea madhep Bratasena lan takon denomination . Nanging situs dhasar saka atos Bratasena Raden , sawise Hearing njaluk ngapura duka lan ngalahake Raden Raden Bratasena Aradea munggah battered . Raden Aradea tenan begja amarga Dewi Arimbi apik amarga ora ngalangi bojone Aradea Raden Raden wis apologized lan isih ana Aradea hubungan karo Bojone . Ing wusana Raden Aradea Run adoh lan pungkasanipun Konta gegaman ora bali menyang Raden Bratasena .Ing perang Baratayudha , Raden Aradea kang jeneng Karna Adipati bakal numpes gegaman Konta Gatot Kaca . Amarga Adipati Konta gegaman penetrating menyang bowels saka Billy kaca lan menyang klambi ketat .Ora wareg Raden Raden Bratasena Aradea Beat, banjur dikejarlah Raden Aradea . Tengen njaba kraton , Raden Bratasena langkah entourage mandegake dening Raden Arjuna dijedhi lan bayi . Diterangkanlah wonten punapa menyang bayi lan bayi dijedhi dijedhi uga nuduhake dheweke tombol weteng kanggo bapakne. Nanging Raden Bratasena mung ora ngakeni iku ditantanglah dijedhi bayi . Tutuka bayi gelem nanging ora pengin reply mung kanggo nyerang lan Dodge lan parry . Amarga Ajaib bayi dijedhi Agile lan efektif punches , Raden Bratasena pungkasanipun ngakeni asor. Lan diakuilah yen wong enom minangka putrané Raden Bratasena .